PT Bank Central Asia Tbk mencetak laba bersih sebesar Rp 23,19 triliun hingga kuartal III-2021. Raihan laba bersih tersebut tumbuh 15,79% (year on year/yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 20,04 triliun.
Pertumbuhan laba emiten dengan kode perdagangan BBCA tersebut ditopang oleh turunnya beban bunga sebesar 16,26% (yoy) menjadi Rp 7,24 triliun sepanjang Januari-September 2021. Di sisi lain, pendapatan bunganya hanya turun 0,1% (yoy) menjadi Rp 49,9 triliun dalam sembilan bulan pertama tahun ini
Sementara, ekuitas BBCA tumbuh 7,16% menjadi Rp 197,82 triliun pada Januari-September 2021 dibanding posisi akhir 2020 (year to date/ytd). Demikian pula kewajiban perusahaan meningkat 7,16% (ytd) menjadi Rp 971,48 triliun.
Alhasil, aset bank swasta yang dimiliki oleh pemilik perusahaan rokok Djarum tersebut tercatat sebesar Rp 1.17 kuadriliun hingga kuartal III-2021. Nilai itu naik 8,71% dibandingkan posisi akhir tahun lalu (ytd).
Positifnya kinerja keuangan perusahaan terefleksikan pada pergerakan harga saham BBCA. Harga saham BBCA ditutup di level Rp 7.375/unit pada perdagangan Kamis, 28 Oktober 2021. Harga tersebut naik 10,46% dari akhir Desember 2020 (ytd).
Adapun, pemegang saham mayoritas BBCA adalah Robert Budi Hartono dan Bambang Hartono melalui PT. Dwimuria Investama Andalan sebesar 54,94%. Sisanya, sebanyak 45,06% dimiliki oleh masyarakat.
(Baca: Bank Mandiri Cetak Laba Rp 19,2 Triliun hingga Kuartal III-2021)