Bank Syariah Indonesia (BSI) merombak jajaran direksi, setelah layanannya sempat lumpuh berhari-hari akibat serangan ransomware.
Perombakan direksi ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BSI yang digelar Senin (22/5/2023).
Rapat itu mencopot Achmad Syafii dari jabatan Direktur Teknologi Informasi, serta mengangkat Saladin D. Effendi sebagai penggantinya. Direktur Manajemen Risiko BSI Tiwul Widyastuti juga diberhentikan, dan kini posisinya diisi oleh Grandhis.
(Baca: Klaim Serang BSI, LockBit Termasuk Grup Ransomware Top Global)
Kendati demikian, keputusan tersebut tampaknya belum menarik sentimen positif dari pelaku pasar.
Pasalnya, tepat sehari setelah pengumuman perombakan direksi, pada penutupan perdagangan Selasa (23/5/2023) harga saham BSI turun ke level Rp1.670, melemah 1,47% dibanding Senin (22/5/2023).
Tren penurunan ini juga terjadi tepat sehari setelah BSI mengumumkan rencana pembagian dividen.
Dalam RUPST hari Senin (22/5/2023), bersamaan dengan pengumuman perombakan direksi, BSI menyatakan akan membagikan dividen tunai sebesar Rp426,02 miliar atau 10% dari total laba bersihnya per tahun buku 2022.
Kemudian 20% laba bersih BSI tahun buku 2022 akan disisihkan untuk cadangan wajib, dan 70% sebagai laba ditahan.
"Sejalan dengan dukungan pemegang saham dan momentum pertumbuhan ekonomi, kami meyakini kinerja BSI akan terus membaik. Ke depan, kami akan terus memacu pengembangan bisnis dan layanan agar dapat memenuhi ekspektasi nasabah dan seluruh stakeholder," kata Direktur Utama BSI Hery Gunardi dalam konferensi pers, Senin (22/5/2023).
(Baca: Laba Bersih BSI Meningkat Rp1 Triliun per Tahun sampai 2022)