Rupiah dan harga saham melemah sepanjang September 2019 akibat masih adanya ketidakpastian global. Nilai tukar rupiah sepanjang September melemah 0,02% ke level 14.195 per dolar Amerika Serikat (AS) dibanding posisi 31 Agustus. Demikian pula Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) selama September turun 2,52% ke posisi 6.169,1 poin dibandingkan penutupan akhir Agustus.
Sementara itu, indeks harga obligasi gabungan (Indonesia Composite Bond Index/ICBI) Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) sepanjang September justru naik 1,05% ke level 266,84. Sebagian investor saham yang mengalihkan investasinya dari pasar saham ke pasar surat utang membuat indeks obligasi menguat di tengah pelemahan rupiah dan harga saham.
(Baca Databoks: Empat Hari Demonstrasi, Investor Asing Tarik Rp 1,77 Triliun dari Pasar Modal)
Belum adanya kepastian kapan berakhirnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, melonjaknya harga minyak dunia, serta wacana pemakzulan Presiden Donald Trump membuat para investor di pasar uang domestik bersikap wait and see dengan melakukan aksi ambil untung. Dari faktor domestik, aksi demonstrasi penolakan Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) membebani pergerakan harga saham dan nilai tukar rupiah.
(Baca Databoks: Demonstrasi Membuat Rupiah dan IHSG Kompak Melemah dalam Sepekan)