Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam Global Forest Resources Assessment 2025, stok karbon hutan global mengalami kenaikan setelah 2000.
Pada mulanya, stok karbon hutan global turun dari 715,63 miliar ton pada 1990 menjadi 705,96 miliar ton pada 2000.
“Peningkatan setelah 2000 sebagian besar dapat dikaitkan dengan peningkatan luasan hutan di wilayah tertentu, terutama Asia dan Eropa,” tulis FAO dalam laporannya.
(Baca: 10 Negara dengan Kehilangan Bersih Kawasan Hutan Terluas di Dunia 2015–2025)
Dalam menghitung tren stok karbon hutan global, FAO menggunakan data rangkaian waktu lengkap karbon dalam biomassa hutan di atas dan di bawah permukaan tanah dari 210 negara.
Selanjutnya, 91 negara memberikan data karbon kayu mati, 74 negara memberikan data karbon organik tanah, dan 73 negara memberikan data karbon dalam serasah.
Pada 2025, FAO mencatat stok karbon hutan global mencapai 713,91 miliar ton atau setara 172 ton per hektare, naik tipis, 0,1% dibanding 2020 yang sebanyak 713,20 miliar ton.
Menurut FAO, stok karbon global pada 2025 serupa dengan 1990, tapi ada perbedaan regional dan subregional.
“Misalnya, stok karbon hutan secara signifikan lebih tinggi pada 2025 dibandingkan 1990 di Asia Timur, Eropa, dan Amerika Utara, didorong oleh perluasan luasan hutan, dan jauh lebih rendah di Amerika Selatan, Afrika, dan Amerika Tengah,” jelas FAO.
(Baca: Indonesia Masuk 10 Negara dengan Perluasan Hutan Terbesar Global)