Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa. Namun, di Indonesia masih cukup banyak anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang mengalami gizi buruk. Salah satu indikatornya adalah masih tingginya angka stunting di beberapa daerah.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), pada tahun 2021 terdapat 23,5% balita yang mengalami stunting di Provinsi Jawa Timur.
Terdapat 14 kabupaten/kota di Jawa Timur dengan prevalensi balita stunting di atas angka provinsi. Sedangkan 24 kabupaten/kota sisanya memiliki prevalensi stunting di bawah angka provinsi.
Kabupaten Bangkalan tercatat sebagai wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Jawa Timur, yakni mencapai 38,9%. Diikuti Kabupaten Pamekasan 38,7%, Kabupaten Bondowoso 37%, Kabupaten Lumajang 30,1%, dan Kabupaten Sumenep 29%.
Ada pula Kota Surabaya dengan prevalensi balita stunting mencapai 28,9%. Setelahnya ada Kabupaten Mojokerto sebesar 27,4%, Kabupaten Malang dan Kota Malang masing-masing 25,7%, dan Kabupaten Nganjuk sebesar 25,3%.
Stunting adalah kondisi di mana anak memiliki tinggi badan di bawah standar anak-anak seusianya. Ini merupakan salah satu indikator gagal tumbuh akibat kekurangan asupan gizi kronis dan infeksi berulang pada periode 1.000 hari pertama kehidupannya, yakni sejak anak berbentuk janin hingga berusia 23 bulan.
(Baca: 1 dari 5 Balita di Jawa Tengah Alami Stunting pada 2021)