Belasan juta penduduk Indonesia diperkirakan masih mengalami kekurangan gizi.
Hal ini tercatat dalam laporan The State of Food Security and Nutrition in the World terbaru yang dirilis Food and Agriculture Organization (FAO) pada Rabu (6/7/2022).
Menurut FAO, kurang gizi (undernourished) adalah kondisi di mana konsumsi makanan harian seseorang tidak mencukupi standar kebutuhan energi untuk hidup sehat.
FAO mencatat pada 2021 penderita kurang gizi di seluruh dunia mencapai sekitar 767 juta orang. Dari jumlah tersebut, mayoritas atau 425 juta orang di antaranya berada di Asia.
Indonesia sendiri tercatat sebagai negara dengan jumlah penduduk kurang gizi tertinggi di kawasan Asia Tenggara.
Namun, jika dilihat dari persentasenya, negara Asia Tenggara dengan prevalensi kurang gizi tertinggi adalah Timor Leste, sementara Indonesia di urutan ketiga pada 2021.
Berikut estimasi rata-rata jumlah penduduk kurang gizi di Asia Tenggara periode 2019-2021 menurut FAO, beserta persentasenya dari total populasi nasional:
- Indonesia: 17,7 juta orang (6,5% dari populasi nasional)
- Thailand: 6,2 juta orang (8,8% dari populasi nasional)
- Filipina: 5,7 juta orang (5,2% dari populasi nasional)
- Vietnam: 5,6 juta orang (5,7% dari populasi nasional)
- Myanmar: 1,7 juta orang (3,1% dari populasi nasional)
- Kamboja: 1 juta orang (6,3% dari populasi nasional)
- Laos: 400 ribu orang (5,1% dari populasi nasional)
- Timor Leste: 300 ribu orang (26,2% dari populasi nasional)
- Malaysia: jumlah tidak dilaporkan karena prevalensi warga kurang gizi <2,5% populasi nasional
- Singapura: data tidak tersedia
- Brunei: data tidak tersedia
FAO juga mencatat jumlah penderita kurang gizi di skala global terus meningkat dalam lima tahun terakhir.
"Terlepas dari harapan bahwa dunia akan pulih dari pandemi Covid-19 dan ketahanan pangan akan membaik, nyatanya kelaparan global terus meningkat sampai 2021," tulis FAO dalam laporannya.
"Masalah ini menunjukkan bahwa kebijakan negara-negara tidak lagi berkontribusi dalam mengurangi kelaparan, kerawanan pangan, dan malnutrisi," lanjutnya.
Merespons masalah ini, FAO mendorong negara-negara memperbaiki kebijakan sektor pertanian, supaya bahan pangan sehat bisa dijangkau oleh kelompok berpendapatan rendah.
"Ini adalah momen bagi pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan pangan dan pertanian mereka," pungkasnya.
(Baca Juga: Penderita Kurang Gizi Terus Meningkat dalam 5 Tahun Terakhir)