Menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), pada 2021 sebanyak 20,9% anak berusia di bawah lima tahun (balita) di Jawa Tengah mengalami stunting.
Artinya, stunting atau gangguan pertumbuhan ini kira-kira dialami oleh 1 dari 5 balita di Jawa Tengah.
Dari 34 kabupaten/kota di Jawa Tengah, terdapat 14 kabupaten/kota dengan proporsi balita stunting di atas angka provinsi. Sedangkan 21 kabupaten/kota lainnya memiliki prevalensi di bawah angka provinsi.
Kabupaten Wonosobo tercatat sebagai wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Jawa Tengah, yakni mencapai 28,1%. Diikuti Kabupaten Tegal 28%, serta Kabupaten Brebes 26,3%.
Sementara Kabupaten Grobogan memiliki prevalensi balita stunting terendah di provinsi ini, yakni hanya 9,6%. Setelahnya ada Kota Magelang dengan prevalensi 13,3%, serta Kabupaten Wonogiri 14%.
Secara nasional, prevalensi balita stunting mencapai 24,4% pada 2021. Angka tersebut turun dibanding posisi 2019 yang masih 27,69%. Pemerintah juga menargetkan angka balita stunting akan turun menjadi 14% hingga akhir 2024.
Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami masalah pertumbuhan, hingga tinggi badannya di bawah rata-rata anak seusianya.
Stunting juga menjadi salah satu indikator balita yang gagal tumbuh akibat kekurangan asupan gizi kronis atau infeksi berulang pada periode 1.000 hari pertama kehidupannya, yakni sejak anak berbentuk janin hingga berusia 23 bulan.
(Baca: Stunting Balita Indonesia Masih di Atas 24% pada 2021)