Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok terus berlanjut dengan saling menaikkan tarif impor barang di antara kedua negara itu. Terakhir, Presiden AS, Donald Trump akan melancarkan serangan perang dagang baru dengan mengenakan tarif tambahan 10% terhadap impor barang asal Negeri Tirai Bambu senilai US$ 300 miliar.
Langkah tersebut dibalas pemerintah Tiongkok dengan membiarkan mata uangnya, yuan melemah terhadap dolar AS. Kebijakan ini ditempuh agar harga barang-barang ekspor dari Negeri Panda tetap kompetitif di pasar global. Imbasnya, harga saham di bursa berjatuhan dan mata uang Asia melemah di awal perdagangan pekan ini.
Menurut biro statistik Negeri Paman Sam, Amerika masih mengalami defisit perdagangan dengan Tiongkok meskipun mengalami tren penurunan dibanding tahun lalu seperti terlihat pada grafik di bawah ini. Seperti diketahui nilai ekspor AS ke Tiongkok pada Juni 2019 hanya US$ 9,03 miliar sementara impornya US$ 39 miliar, artinya neraca perdagangan AS kembali defisit US$ 29,97 miliar. Demikian pula untuk periode Januari-Juni 2019 neraca perdagangan AS masih defisit US$ 167,04 miliar.