Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDRB ADHB sektor perdagangan besar dan eceran, bukan mobil dan sepeda motor di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2024 mencapai Rp 361.091,56 miliar.
Nilai ini menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 8,65% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih baik dibandingkan rata-rata pertumbuhan 3 tahun terakhir (2021-2023) yang berada di angka 7,67%. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan 5 tahun terakhir (2019-2023) yang mencapai 7,85%, pertumbuhan tahun 2024 sedikit lebih tinggi. Kenaikan tertinggi dalam 5 tahun terakhir terjadi pada tahun 2019 sebesar 12.42%, sementara pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2020 dengan kontraksi turun 4.23% akibat pandemi COVID-19.
(Baca: Tenaga Farmasi Periode 2013-2023)
Secara historis, PDRB perdagangan eceran di Jawa Barat menunjukkan tren fluktuatif. Setelah mencatatkan pertumbuhan yang kuat dari tahun 2011 hingga 2019, pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan pada tahun 2020. Namun, sektor ini mampu bangkit kembali dan mencatatkan pertumbuhan positif pada tahun-tahun berikutnya. Anomali terjadi pada tahun 2020, satu-satunya tahun dengan pertumbuhan negatif dalam periode pengamatan.
Pada tahun 2024, Jawa Barat menempati peringkat ke-3 di Pulau Jawa dalam kontribusi PDRB sektor perdagangan eceran, setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur. Secara nasional, Jawa Barat juga berada di peringkat ke-3. Nilai PDRB Jawa Barat lebih rendah dibandingkan DKI Jakarta yang mencapai Rp 580.545,37 miliar dan Jawa Timur sebesar Rp 446.387,17 miliar.
Secara persentase, pertumbuhan PDRB Jawa Barat sebesar 8,65% lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah (7,3%), namun lebih rendah dibandingkan DKI Jakarta (9,97%) dan Jawa Timur (6,9%). Sumatera Utara mencatat pertumbuhan tertinggi di antara provinsi-provinsi yang dibandingkan, yaitu sebesar 8,05%.
DKI Jakarta
DKI Jakarta menduduki peringkat pertama secara nasional dengan nilai PDRB mencapai Rp 580.545,37 miliar, pertumbuhan sebesar 9,97%. Pertumbuhan ini didorong oleh aktivitas ekonomi yang dinamis di ibu kota negara, melampaui rata-rata pertumbuhan wilayah lain yang diperbandingkan. Dengan selisih nilai yang signifikan dibandingkan provinsi lainnya, DKI Jakarta menjadi kontributor utama sektor perdagangan eceran secara nasional.
(Baca: Harga Beras di Sumatera Barat Paling Mahal di Indonesia (Jumat, 5 Desember 2025))
Jawa Timur
Jawa Timur menempati urutan kedua secara nasional dengan nilai PDRB sebesar Rp 446.387,17 miliar, mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,9%. Pertumbuhan ini menunjukkan kontribusi Jawa Timur yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Meskipun berada di urutan kedua, nilai PDRB Jawa Timur masih terpaut cukup jauh dari DKI Jakarta, namun tetap lebih tinggi dibandingkan Jawa Barat.
Jawa Barat
Jawa Barat berada di peringkat ketiga dengan nilai PDRB mencapai Rp 361.091,56 miliar dan pertumbuhan sebesar 8,65%. Meskipun berada di urutan ketiga, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat ini menunjukkan bahwa provinsi ini memiliki potensi ekonomi yang cukup besar. Peringkat ketiga ini mengindikasikan bahwa Jawa Barat menjadi salah satu pilar utama dalam sektor perdagangan eceran di Indonesia.
Sumatera Utara
Sumatera Utara menempati peringkat keempat secara nasional dengan nilai PDRB sebesar Rp 200.489,61 miliar. Meskipun berada di luar Pulau Jawa, Sumatera Utara menunjukkan kontribusi yang signifikan terhadap sektor perdagangan eceran secara nasional. Pertumbuhan sebesar 8,05% mencerminkan dinamika ekonomi yang positif di wilayah tersebut.
Jawa Tengah
Jawa Tengah menduduki peringkat kelima secara nasional dengan nilai PDRB sebesar Rp 193.323,88 miliar, mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,3%. Meskipun berada di urutan kelima, kontribusi Jawa Tengah terhadap perekonomian nasional tetap signifikan. Nilai PDRB yang lebih rendah dibandingkan provinsi lain mencerminkan karakteristik ekonomi yang berbeda di wilayah tersebut.