Perlambatan ekonomi domestik yang berimbas terhadap lesunya dunia usaha telah berdampak terhadap kredit perbankan nasional. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kucuran kredit bank umum pada September 2017 hanya tumbuh 7,86 persen menjadi Rp 4.543,59 triliun dibanding posisi September 2016 (YoY). Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) masih tumbuh 11,69 persen menjadi Rp 5.142,89 triliun dibanding sebelumnya (YoY).
Menurut kegiatan usahanya, bank asing yang paling terkena dampak perlambatan ekonomi domestik. Pada 2017, penyaluran kredit bank asing turun paling dalam, yakni mencapai 19,16 persen menjadi Rp 197,65 triliun dibanding September tahun sebelumnya (YoY). Kemudian diikuti Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) non devisa yang juga mengalami penurunan sebesar 5,46 persen menjadi Rp 56,57 triliun dari sebelumnya (YoY). Adapun bank campuran hanya mencatat pertumbuhan 1,82 persen menjadi Rp 218,31 triliun (YoY).
Untuk Bank Pembangunan Daerah (BPD), hingga September 2017 tumbuh 7,34 persen menjadi Rp 381 triliun dari sebelumnya (YoY), tapi capaian ini juga masih di bawah pertumbuhan kredit nasional. Sedangkan untuk BUSN Devisa mencatat pertumbuhan kredit 9,98 persen menjadi Rp 1.841,08 triliun dari sebelumnya dan berada di atas pertumbuhan kredit nasional. Demikian pula bank Persero juga mencatat pertumbuhan sebesar 11,07 persen menjadi Rp 1.848,98 triliun.