Harga Komoditas Nikel untuk Kontrak 3 Bulan ke Depan Turun Menuju Level US$16.145 /Ton (Jumat, 21 Maret 2025)

1
Agus Dwi Darmawan 24/03/2025 10:50 WIB
Harga Komoditas Nikel untuk Tiga Bulan Terakhir
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Westmetall mencatat harga komoditas nikel untuk kontrak 3 bulan ke depan pada hari ini turun 0,4% menuju level US$ 16.145 per ton. Penurunan harga ini termasuk yang cukup tinggi dibandingkan rata-rata pergerakan harga dalam sepekan terakhir.

Sebelumnya, harga komoditas nikel mengalami lonjakan tertinggi pada Rabu, 19 Maret 2025 sebesar 1,69%. mengalami penguatan sebesar 5,56% dibandingkan posisi awal tahun.

(Baca: Harga Kopi Kontrak Tiga Bulan - Us Coffee C Futures Turun Menuju Level 391,4 Pound (Jumat, 21 Maret 2025))

Kondisi saat ini menggenapi pergerakan harga komoditas nikel untuk kontrak 3 bulan ke depan dalam dua hari terakhir yang sedang dalam tren naik.

Seminggu terakhir, pergerakan harga komoditas nikel untuk kontrak 3 bulan ke depan tumbuh -3,38% dengan rata-rata harga transaksi harian adalah US$16.410 per ton. Perhitungan Katadata Insight Center (KIC), dalam setahun berjalan (year-to-date/ytd), harga komoditas nikel tersebut telah naik 5,56%. Bahkan dari harga tertingginya tahun ini di US$16.710 per ton, harga komoditas nikel untuk kontrak 3 bulan ke depan telah turun 3,38%.

Secara tahunan, rata-rata perdagangan harga komoditas nikel untuk kontrak 3 bulan ke depan dalam lima tahun terakhir dalam tren turun. Sementara itu, untuk pantauan harga secara bulanan, transaksi dalam 12 bulan terakhir cenderung menyusut. Tertinggi, harga rata-rata bulanan komoditas komoditas nikel pernah tercatat yakni pada Mei 2024 diharga US$19,77 ribu per ton.

(Baca: Harga Komoditas Nikel untuk Kontrak 3 Bulan ke Depan Turun Menuju Level US$16.145 /Ton (Jumat, 21 Maret 2025))

Melansir berita Katadata sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan memproyeksikan nilai ekspor turunan nikel dapat mencapai US$60 miliar atau sekitar Rp927,84 triliun pada 2025. Hal tersebut disebabkan oleh hilirisasi nikel menjadi mobil listrik atau EV. Pada 2022, nilai ekspor nikel dan turunannya mencapai US$ 34,28 miliar atau Rp 530,1 triliun.