Perang Israel-Palestina yang meletus sejak 7 Oktober 2023 telah menimbulkan ribuan korban jiwa, belasan ribu korban luka, dan sekitar sejuta orang pengungsi.
Di tengah krisis kemanusiaan ini, daftar negara yang berkomitmen memberi bantuan untuk warga Palestina terus bertambah.
(Baca: 12 Hari Perang Israel-Palestina, Korban Jiwa 4.800 Orang)
Pengumuman bantuan terkini datang dari pemerintah Jepang dan Irlandia.
Pada Rabu (18/10/2023), Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa menyatakan siap memberi bantuan US$10 juta atau sekitar Rp157 miliar (asumsi kurs Rp15.709 per US$).
"Bantuan kemanusiaan darurat senilai US$10 juta untuk Palestina ini akan disalurkan melalui lembaga-lembaga internasional," kata Yoko Kamikawa, disiarkan The Japan Times, Rabu (18/10/2023).
Pada hari yang sama, pemerintah Irlandia mengumumkan akan memberi bantuan US$13,7 juta atau sekitar Rp215 miliar.
Sebagian bantuan dari Irlandia akan disalurkan melalui UN Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA), dan sebagian lainnya melalui UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA).
"Ini adalah krisis yang penanganannya tak bisa ditunda-tunda lagi," kata Menteri Luar Negeri Irlandia Micheal Martin, disiarkan Anadolu Agency, Rabu (18/10/2023).
Sebelumnya, selama periode 8-17 Oktober 2023 sudah ada sejumlah negara lain yang mengumumkan bantuan serupa, yaitu Uni Emirat Arab, Yordania, Kuwait, Arab Saudi, Skotlandia, Uni Eropa, Inggris, dan Islandia.
Jika diakumulasikan, sampai Rabu (18/10/2023) ada 10 negara yang menyatakan komitmen bantuan untuk Palestina, dengan nilai total bantuan sekitar Rp2,27 triliun.
(Baca: Warga Palestina Butuh Bantuan Rp4,6 Triliun, Mayoritas untuk Makan)
Kendati negara donatur terus bertambah, pasokan bantuan belum bisa masuk ke wilayah Palestina karena jalurnya diadang pihak Israel.
"Pemerintah Mesir mengatakan bahwa Israel tidak mau bekerja sama dalam pengiriman bantuan ke Gaza, sehingga menyebabkan ratusan ton pasokan bantuan tertahan," kata Reuters, Selasa (17/10/2023).
Masalah serupa dilaporkan OCHA.
"Pengepungan total terhadap Gaza terus berlanjut. Jalur perlintasan Rafah (kota di Jalur Gaza yang berbatasan langsung dengan Mesir) tetap ditutup, mencegah masuknya bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan, termasuk makanan, air dan obat-obatan yang menunggu di wilayah Mesir," kata OCHA dalam siaran persnya, Rabu (18/10/2023).
"Jalur penyeberangan Erez dan Kerem Shalom (perbatasan Jalur Gaza dengan Israel) juga tetap ditutup," lanjutnya.
(Baca: Penjualan Senjata Global Meningkat, Risiko Konflik Bertambah?)