Invasi Rusia ke Ukraina memicu kenaikan harga komoditas energi dan pangan internasional, yang kemudian berdampak pula pada melambatnya perekonomian di banyak negara.
Berdasarkan data Trading Economics, pada kuartal II-2022 ada 8 negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif.
Kontraksi terdalam dialami Makau yang ekonominya minus 39,8% pada kuartal II-2022 (year-on-year/yoy). Angka tersebut lebih buruk dibanding kuartal sebelumnya yang hanya terkontraksi 8,9% (yoy).
Negara dengan kontraksi ekonomi terdalam berikutnya adalah Ukraina, yaitu 37,2% (yoy) pada kuartal II-2022, lebih dalam dibanding kuartal sebelumnya yang terkontraksi 15,1% (yoy).
Kemudian Sri Lanka memiliki pertumbuhan ekonomi minus 8,4% (yoy) pada kuartal II-2022, lebih dalam dibanding kuartal sebelumnya yang terkontraksi 1,6% (yoy).
Brunei Darussalam juga mengalami kontraksi 4,4% (yoy) pada kuartal II-2022, lebih dalam dibanding kuartal sebelumnya yang terkontraksi 4,2% (yoy).
Sementara Rusia mengalami kontraksi ekonomi sebesar 4,1% (yoy) pada kuartal kedua tahun ini, padahal di kuartal sebelumnya masih mencatat pertumbuhan positif 3,5% (yoy).
Berikutnya Paraguay mengalami kontraksi ekonomi 3,4% (yoy), Hong Kong 1,3% (yoy), dan Moldova 0,9% (yoy) pada periode sama.
(Baca: Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,44% pada Kuartal II 2022)