PT Vale Indonesia Tbk memiliki sejumlah proyek yang masih dikerjakan hingga 2025 mendatang. Proyek-proyek ini masuk dalam aset tetap dalam penyelesaian perusahaan.
Dalam laporan keuangannya, proyek perusahaan yang bergerak di bidang tambang nikel ini juga memiliki progres yang berbeda-beda.
Proyek paling besar adalah tambang dan pabrik pengolahan (smelter) nikel Blok Pomalaa di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Groundbreaking ini telah dimulai pada Minggu (27/11/2022) lalu.
Nilai proyek penambangan Pomalaa sudah mencapai US$29,92 juta atau Rp451,83 miliar (asumsi kurs Rp15.098 per US$) dengan progres 74% hingga 31 Maret 2023. Proyek ditargetkan selesai pada 2025.
Melansir Katadata, proyek ini menelan investasi sebesar US$4,5 miliar atau sekira Rp 65,7 triliun. Smelter nikel yang dibangun akan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang akan mengolah nikel menjadi Mix Hydroxide Precipitate (MHP) yang merupakan bahan baku utama untuk memproduksi baterai kendaraan listrik.
"Perkiraan kapasitas produksi akan mencapai 120.000 ton per tahun dalam bentuk MHP. Proyek ini sudah masuk ke proyek strategis nasional (PSN) dengan investasi Rp65,7 triliun dan menjadi smelter HPAL terbesar," kata Presiden Direktur Vale, Febriany Eddy.
Smelter ini nantinya tidak akan menggunakan listrik dari batu bara dan ditargetkan menyerap sekitar 12 ribu tenaga kerja untuk konstruksi dan operasional tambang dan smelter.
Kedua adalah persiapan proyek smelter Bahodopi, Sulawesi Tengah. Nilainya sudah mencapai US$21,77 juta atau Rp328,81 miliar dengan progres 91% hingga 31 Maret 2023.
Dengan sekup yang sama, proyek penambangan Bahodopi menempati posisi ketiga. Nilainya sudah mencapai US$17,83 juta atau Rp269,27 miliar dengan progres 50% hingga 31 Maret 2023. Seluruh proyek Bahodopi ditargetkan selesai pada 2025.
Keempat adalah persiapan proyek process plant Pomalaa, yang kini sudah menyentuh US$12,66 juta atau Rp191,231 miliar dengan progres 88% per 31 Maret 2023. Proyek ini ditargetkan selesai pada 2023.
Kelima, proyek eksekusi tambang Bahodopi senilai US$11,95 juta atau Rp180,55 miliar dengan progres 52% per 31 Maret 2023. Proyek ditargetkan selesai pada 2025.
Emiten berkode INCO ini juga memiliki proyek-proyek yang di bawah US$10 juta. Vale tak merincikan lebih lanjut, namun progresnya ditaksir 1-99% dengan nilai US$235,49 juta atau Rp3,55 triliun per 31 Maret 2023.
Berikut rincian proyek Vale Indonesia yang masih berjalan:
- Proyek penambangan Pomalaa (penyelesaian 74%, target 2025) US$29.927.000
- Persiapan proyek smelter Bahodopi (91%, 2025) US$21.779.000
- Proyek penambangan Bahodopi (50%, 2025) US$17.835.000
- Persiapan proyek process plant Pomalaa (88%, 2023) US$12.666.000
- Proyek eksekusi tambang Bahodopi (52%, 2025) US$11.959.000
- Lainnya di bawah US$10 juta (1-99%, 2025) US$235.490.000
(Baca juga: Jualan Nikel, Vale Indonesia Raih Laba Rp2,5 Triliun per Semester I 2023)