Menurut Global Energy Monitor (GEM), saat ini ada 45 negara yang berencana memensiunkan atau menghentikan operasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara selama periode 2025-2040.
GEM menghimpun data ini dari dokumen kebijakan pemerintah di tiap negara, situs web pemerintah terkait perizinan pembangkit listrik, laporan perusahaan listrik milik negara dan swasta, pemberitaan media massa, hingga laporan organisasi sipil yang berfokus di bidang energi.
(Baca: Pembangkit Listrik, Sumber Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar Global 2024)
Mereka pun menemukan, sampai Juli 2025, Amerika Serikat (AS) berada di posisi terdepan.
AS memiliki rencana penghentian PLTU batu bara dengan kapasitas total 106.785 megawatt (MW) selama periode 2025-2040, paling besar dibanding negara lainnya.
"Meski pemerintahan Trump mendukung batu bara, PLTU batu bara yang dihentikan selama masa jabatan pertama Trump lebih banyak dibanding era Obama atau Biden—dan tren ini diperkirakan berlanjut," kata GEM dalam laporan Boom and Bust Coal 2025.
Berikut daftar 10 negara dengan rencana pensiun PLTU batu bara terbesar selama periode 2025-2040:
- Amerika Serikat: 106.785 MW
- Afrika Selatan: 27.852 MW
- Jerman: 27.069 MW
- Korea Selatan: 20.080 MW
- Australia: 17.899 MW
- Polandia: 13.588 MW
- Taiwan: 12.283 MW
- China: 8.934 MW
- Malaysia: 7.410 MW
- Rusia: 6.484 MW
Namun, di luar rencana pemensiunan ini, GEM juga menemukan ada banyak penambahan PLTU batu bara di skala global.
"Banyak negara telah menyelesaikan atau mempercepat penghentian batu bara, sementara yang lain justru menambah pembangunan baru," kata GEM.
"Lintasan yang tidak merata ini telah membuat transisi batu bara global tidak selaras dengan Perjanjian Paris," lanjutnya.
Menurut GEM, target Perjanjian Paris untuk menahan laju pemanasan global maksimal 1,5 °C hanya bisa dicapai jika semua PLTU batu bara di negara-negara kaya dihentikan pada 2030, serta dipensiunkan di seluruh dunia pada 2040.
(Baca: Indonesia, Negara Berkembang dengan Penambahan Kapasitas Energi Fosil Terbesar pada 2024)