Indonesia, Negara Berkembang dengan Penambahan Kapasitas Energi Fosil Terbesar pada 2024

Dalam sedekade terakhir, kapasitas pembangkit listrik energi baru-terbarukan (EBT) di emerging market and developing economies (EMDEs) atau negara berkembang terus meningkat.

Namun, pembangkit listrik berbasis energi fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas bumi, masih mendominasi.

"Meski energi terbarukan telah menarik banyak investasi baru, kapasitas energi fosil terus meningkat di negara berkembang, didorong oleh kekhawatiran akan keamanan energi dan meningkatnya permintaan listrik," kata BloombergNEF dalam laporan Climatescope 2025.

"Energi fosil masih menyumbang sekitar 58% dari total kapasitas terpasang pembangkit listrik di negara-negara berkembang, dan produksinya terus meningkat secara absolut," kata mereka.

(Baca: Pembangkit EBT Negara Berkembang Tumbuh Lebih Pesat dari Energi Fosil)

BloombergNEF menemukan, kapasitas pembangkit energi fosil di negara-negara berkembang secara global meningkat sekitar 27 gigawatt (GW) pada 2024.

Peningkatan terbesar berasal dari Indonesia, yang kapasitas pembangkit energi fosilnya bertambah 8,9 GW.

"Indonesia sendiri mewakili hampir sepertiga dari total instalasi pembangkit energi fosil baru di negara berkembang," kata BloombergNEF.

"Sebagian besarnya berasal dari proyek batu bara dan gas, untuk memenuhi naiknya permintaan di sektor pertambangan dan logam di negara tersebut," lanjutnya.

Negara berkembang lain yang penambahan kapasitas energi fosilnya tergolong besar pada 2024 adalah India, Uzbekistan, Taiwan, Bangladesh, Vietnam, Qatar, Maroko, Uni Emirat Arab, dan Kuwait.

Sedangkan negara-negara berkembang lainnya, secara kumulatif hanya menambah kapasitas energi fosil 1,3 GW pada 2024, seperti terlihat pada grafik.

(Baca: 50% Emisi Gas Rumah Kaca RI dari Pembangkit dan Eksploitasi Energi Fosil)