Pada awal Oktober 2022 organisasi negara pengekspor minyak dan aliansinya (OPEC+) mengumumkan bakal memangkas produksi minyak mentah sebanyak 2 juta barel/hari mulai bulan depan.
"Pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, menyatakan pemangkasan produksi minyak diperlukan untuk merespons kenaikan suku bunga bank sentral negara-negara Barat dan melemahnya ekonomi global," lapor Reuters, Rabu (5/10/2022).
Untungnya, kendati ada pemangkasan produksi dari pihak OPEC+, pasokan bahan bakar cair (liquid fuels) global diproyeksikan masih cukup aman.
Menurut proyeksi Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), selama periode kuartal keempat 2022 sampai akhir 2023 produksi bahan bakar cair (liquid fuels) global masih berada di kisaran 100 juta barel/hari.
Angka produksi tersebut tak jauh berbeda dengan masa pra-pandemi tahun 2019, bahkan sudah meningkat dibanding masa pandemi 2020-2021.
Sementara itu, konsumsi bahan bakar cair (liquid fuels) global sampai akhir tahun depan diprediksi tidak terpaut jauh dari angka produksinya, seperti terlihat pada grafik di atas.
Angka produksi dan konsumsi bahan bakar cair (liquid fuels) yang tercatat di sini mencakup komoditas minyak bumi dan kondensat lainnya, mulai dari minyak mentah, minyak hasil penyulingan, cairan gas alam, biofuel, serta bahan bakar cair berbasis hidrokarbon lain.
Sayangnya, meski pasokan bahan bakar cair (liquid fuels) global diperkirakan masih cukup aman, EIA menilai pemangkasan produksi OPEC+ bisa mempengaruhi gejolak harga di waktu mendatang.
"Adanya potensi gangguan pasokan minyak bumi, serta pertumbuhan produksi minyak mentah yang lebih rendah dari perkiraan, dapat mendorong harga minyak lebih tinggi," jelas EIA dalam laporan Short-Term Energy Outlook edisi Oktober 2022.
(Baca: Gara-gara OPEC, Harga Minyak Dunia Bisa Naik Lagi sampai 2023)