Perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara mencatat kontraksi terdalam se-Kalimantan Timur di masa pandemi. Sektor pertambangan yang mengalami kontraksi lebih dari 6% membebani perekonomian kabupaten calon Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara pada 2020.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Kutai Kartanegara menurut besaran produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2020 mengalami kontraksi 4,4% menjadi Rp 120 triliun pada 2020 dibanding sebelum terjadi pandemi Covid-19.
Sebagai informasi, perekonomian Kutai Kartanegara ditopang oleh sektor pertambangan dengan kontribusi sebesar Rp 89,15 triliun atau sekitar 59,81% dari PDRB pada 2020.
Kabupaten/kota dengan kontraksi terdalam berikutnya adalah Berau, yakni sebesar 3,35%. Diikuti Kutai Timur yang mengalami kontraksi 3,21%, kemudian Kutai Barat 2,92%. Kontraksi keempat kabupaten tersebut lebih dalam dibanding kontraksi rerata Provinsi Kalimantan Timur yang sebesar 2,85%.
Kabupaten Paser mencatat kontraksi sedalam 2,77% pada 2020. Setelahnya ada Kabupaten Bontang yang mengalami kontraksi 2,76%, lalu Kota Bontang 2,76%, Kabupaten Penajam Paser Utara yang juga calon IKN Nusantara mengalami kontraksi 2,34%. Berikutnya, Kota Samarinda juga mengalami kontraksi 1,07%, Kota Balikpapan 0,69%, serta Kabupaten Mahakam Ulu 0,26%.
(Baca: Perekonomian Kutai Kartanegara Terbesar di Kalimantan Timur pada 2020)