Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan belanja subsidi energi Indonesia pada 2022 akan lebih besar dibanding tahun sebelumnya.
Peningkatan belanja subsidi energi diperkirakan terjadi seiring dengan pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19, penambahan tingkat konsumsi BBM dan LPG, serta naiknya harga komoditas energi dunia.
"Tahun lalu sudah ada kenaikan komoditas, seperti BBM yang sudah mengalami kenaikan, tapi tidak ada perubahan harga. Bahkan masih ada yang mendapatkan diskon listrik," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi APBN Kita, Senin (28/3/2022).
"Sampai saat ini harga energi belum ada perubahan, dampaknya subsidi akan lebih besar," ujarnya lagi.
Perbandingan Nilai Subsidi BBM Kendaraan Global
Jika dilihat secara global, Indonesia termasuk ke dalam jajaran negara pemberi subsidi BBM kendaraan terbesar setelah Iran, Arab Saudi, Algeria, Mesir, dan Venezuela.
Menurut data International Energy Agency (IEA), pada tahun 2020 nilai subsidi BBM kendaraan Indonesia sebesar US$2,49 miliar dan menjadi yang terbesar ke-6 di dunia.
Adapun nilai subsidi BBM kendaraan global pada 2020 tercatat menurun dibanding periode sebelumnya, karena di tahun tersebut harga komoditas energi dunia sedang melemah. Konsumsi BBM juga sedang anjlok akibat maraknya pembatasan mobilitas terkait pandemi Covid-19.
IEA sendiri berpandangan bahwa subsidi BBM tidak sepatutnya dinaikkan lagi, karena dianggap menghambat perkembangan energi baru-terbarukan (EBT).
"IEA sudah lama menganjurkan penghapusan atau setidaknya pengurangan subsidi bahan bakar fosil, karena mereka mendistorsi pasar, mengirimkan sinyal harga yang salah kepada masyarakat, memperlebar defisit fiskal di negara berkembang, dan mencegah adopsi energi terbarukan yang lebih bersih," tulis IEA di situs resminya.
(Baca Juga: Subsidi Energi RI Lampaui Rp100 Triliun/Tahun sejak 2018)