Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 diperkirakan stabil atau tidak berubah dibanding 2025, bahkan berpeluang sedikit menguat.
Hal ini terlihat dari proyeksi sejumlah lembaga internasional, yakni International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia.
Dalam laporan Article IV Mission to Indonesia edisi November 2025, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan mencapai 5%, lalu naik menjadi 5,1% pada 2026.
"Indonesia tetap menjadi titik terang di skala global, dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat di tengah lingkungan eksternal yang menantang," kata IMF dalam laporannya.
Hal senada dinyatakan Bank Dunia dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Desember 2025. Mereka memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh stabil di level 5% pada 2025 dan 2026.
"Perekonomian Indonesia tetap tangguh di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian," kata Bank Dunia dalam laporannya.
(Baca: IMF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 100 Negara Melambat pada 2025)
Kendati prospeknya cerah, Bank Dunia menilai Indonesia menghadapi beragam tantangan, salah satunya perlambatan konsumsi swasta.
"Konsumsi swasta—yang sebelumnya menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan—menurun dan membuat ketangguhan pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin bergantung pada penguatan daya beli rumah tangga," kata Bank Dunia.
Ada pula tantangan terkait kualitas lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat.
"Walaupun penyerapan tenaga kerja naik 1,3 persen dari Agustus 2024 hingga Agustus 2025, kenaikan tersebut masih didominasi oleh sektor berupah rendah, seperti sektor jasa bernilai tambah rendah dan sektor pertanian," kata Bank Dunia.
"Walaupun angka kemiskinan terus menurun, jumlah rumah tangga yang merasa miskin justru meningkat. Rasa tidak aman secara ekonomi lebih nyata di kalangan kelas menengah, seiring tingginya volatilitas pendapatan dan dinamika upah riil," lanjutnya.
Di samping itu, IMF juga menilai ada berbagai faktor global yang berisiko menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Meningkatnya ketegangan perdagangan, ketidakpastian yang berkepanjangan, dan volatilitas pasar keuangan global tetap menjadi risiko eksternal utama," kata IMF.
(Baca: Rata-Rata Gaji Karyawan di 37 Provinsi RI Belum Penuhi Kebutuhan Hidup Layak pada 2025)