Bisnis manufaktur Indonesia masih ekspansif pada Maret 2025, meski laju penguatannya tak setinggi Februari 2025.
Kondisi ini tercermin dari laporan Purchasing Managers Index (PMI) yang dirilis S&P Global Market Intelligence.
>
(Baca: Tarif Impor Trump untuk Negara ASEAN)
S&P Global Market Intelligence menyusun indeks PMI dari hasil survei terhadap kalangan manajer dari ratusan sampel perusahaan.
Indikator surveinya meliputi pertumbuhan volume produksi, pesanan ekspor dan domestik, jumlah tenaga kerja, jangka waktu pengiriman pasokan, serta stok bahan yang dibeli setiap perusahaan.
Hasilnya kemudian diolah menjadi skor berskala 0-100. Skor PMI di bawah 50 mencerminkan adanya pelemahan atau kontraksi; skor 50 artinya stabil atau tak ada perubahan; dan skor di atas 50 menunjukkan penguatan atau ekspansi dibanding bulan sebelumnya.
Pada Maret 2025 skor PMI manufaktur Indonesia berada di level 52,4. Adapun penguatan industri manufaktur pada bulan tersebut utamanya terjadi dalam aspek produksi.
"Faktor utama di balik angka PMI Indonesia yang di atas 50 adalah ekspansi produksi berkelanjutan. Tingkat pertumbuhan tercatat sebagai yang terkuat kedua dalam lima bulan terakhir dan umumnya mencerminkan peningkatan pesanan baru," kata S&P Global Market Intelligence dalam laporannya (2/4/2025).
"Pertumbuhan bisnis baru tetap solid selama bulan Maret, produsen mengaitkannya dengan permintaan baru dan strategi pemasaran yang lebih efektif yang mendorong permintaan. Terlebih lagi, permintaan asing untuk barang buatan Indonesia kembali tumbuh untuk ketiga kalinya dalam empat bulan," lanjutnya.
(Baca: Terancam Tarif Trump, Ini Produk yang Diimpor AS dari Indonesia)