Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menaikkan tarif bea masuk pada awal April 2025. Tarif ini dikenakan untuk barang-barang impor yang masuk ke AS.
Trump menyatakan kebijakan tersebut bertujuan untuk menyeimbangkan hubungan dagang internasional.
>
(Baca: Sebelum Kerek Tarif Impor, AS Defisit Dagang dengan China, Meksiko, dan Kanada)
"Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan perdagangan antara AS dan negara mitra dagangnya telah menjadi sangat tidak seimbang," kata Trump dalam surat perintahnya yang dirilis situs The White House, Rabu (2/4/2025).
"AS merupakan salah satu negara dengan rata-rata tarif bea masuk terendah di dunia, yaitu 3,3%. Sedangkan banyak mitra dagang utama AS memiliki rata-rata tarif bea masuk yang jauh lebih tinggi, seperti Brasil (11,2%), China (7,5%), Uni Eropa (5%), India (17%), dan Vietnam (9,4%)," lanjutnya.
Trump juga menyebut ada banyak negara yang menerapkan hambatan non-tarif untuk produk impor asal AS, seperti hambatan bea cukai, hambatan persyaratan teknis, standar perizinan yang diskriminatif, hambatan investasi, dan sebagainya.
"Ketidakseimbangan struktural ini telah menyebabkan AS mengalami defisit perdagangan yang besar dan terus-menerus," kata Trump.
Dengan pertimbangan tersebut, mulai tahun ini Trump mengenakan tarif resiprokal atau "tarif balasan" minimal 10% untuk seluruh mitra dagangnya.
Trump juga memberi tarif tambahan untuk banyak negara, seperti Uni Eropa yang dikenai bea masuk 20%, China 34%, dan India 26%.
Bea masuk tinggi turut diterapkan untuk sebagian besar mitra dagang AS dari kawasan ASEAN, termasuk Indonesia, dengan rincian tarif seperti terlihat pada grafik.
Adapun tarif yang tercatat di sini merupakan bea ad valorem, yakni pungutan yang dihitung berdasar persentase dari nilai barang impor yang masuk ke AS.
"Bea ad valorem ini akan berlaku sampai saya menentukan bahwa kondisi mendasar yang dijelaskan di atas [terkait defisit perdagangan AS dan hambatan non-tarif bagi produk asal AS] telah terpenuhi, teratasi, atau dikurangi," kata Trump.
(Baca: Negara Penyumbang Defisit Perdagangan AS 2024, Ada Indonesia)