Daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia meningkat pada 2024, melanjutkan tren penguatan dari tahun sebelumnya.
Hal ini terlihat dari laporan World Talent Ranking yang dirilis Institute for Management Development (IMD), lembaga riset asal Swiss.
(Baca: Mayoritas Pekerja RI Lulusan SD ke Bawah pada Agustus 2024)
IMD menilai daya saing SDM melalui tiga indikator besar, yaitu investasi dan pengembangan SDM dalam negeri (investment and development); kemampuan negara menarik SDM terampil dari luar negeri (appeal); serta kompetensi dan kesiapan SDM secara umum (readiness).
Investment and development dinilai dari porsi belanja negara untuk sektor pendidikan, rasio anggaran pendidikan terhadap jumlah pelajar, rasio guru-murid, dan sebagainya.
Appeal dinilai dari indeks biaya hidup, survei kualitas hidup, survei motivasi pekerja, jumlah pekerja terampil dari luar negeri, dan sebagainya.
Kemudian readiness diukur dari pertumbuhan angkatan kerja, proporsi pekerja ahli, tingkat pendidikan masyarakat, sampai kemampuan pelajar berdasarkan tes PISA.
Berbagai indikator itu diolah menjadi skor berskala 0-100 poin. Makin tinggi skornya, daya saing diasumsikan semakin baik.
(Baca: Mayoritas Wirausaha Mapan RI Lulusan SD ke Bawah Agustus 2024)
Dengan metode tersebut, pada 2024 Indonesia memperoleh skor 53,4 dari 100 poin, peringkat ke-46 dari 67 negara yang diriset.
Skor tersebut membaik dibanding 2023. Namun, levelnya masih lebih rendah dibanding pra-pandemi tahun 2019 seperti terlihat pada grafik.
Menurut IMD, pada 2024 belanja pemerintah untuk pendidikan per siswa di Indonesia masih rendah, hingga masuk peringkat ke-62 dari 67 negara.
Indonesia juga dinilai masih kekurangan guru untuk pendidikan jenjang menengah (secondary education), sehingga rasio guru-muridnya masuk peringkat ke-55 dari 67 negara.
Kemampuan pelajar Indonesia pun tidak menonjol berdasarkan tes PISA, hingga masuk peringkat ke-56 dari 67 negara dalam basis data IMD.
(Baca: PISA 2022: Kemampuan Membaca Pelajar Indonesia Tergolong Rendah di ASEAN)