Menurut laporan Kementerian Keuangan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia pada 2024 mengalami defisit Rp507,8 triliun, setara 2,29% dari produk domestik bruto (PDB).
Defisit tersebut naik 50,6% dibanding 2023 (year-on-year/yoy) yang nilainya Rp337,3 triliun, setara 1,61% dari PDB.
Membengkaknya defisit APBN 2024 dipengaruhi oleh belanja pemerintah yang bertambah banyak, sedangkan pendapatannya hanya naik sedikit.
Realisasi pendapatan negara sepanjang 2024 tumbuh 2,1% (yoy) menjadi Rp2.842,5 triliun, setara 101,4% dari target APBN.
Sedangkan belanja negara bertambah 7,3% (yoy) menjadi Rp3.350,3 triliun, setara 100,8% dari target.
Kendati defisit APBN membengkak, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pencapaian ini masih terkendali karena nilai defisitnya lebih rendah dari prediksi.
"Defisit Rp507,8 triliun ini sangat impresif karena, tidak hanya lebih rendah dari laporan semester I yang kami prediksi memburuk [defisitnya menjadi] Rp609,7 triliun, namun juga lebih rendah dari [target defisit] APBN awal Rp522,8 triliun," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (6/1/2025).
(Baca: Realisasi Subsidi dan Kompensasi Capai Rp420 Triliun sampai November 2024)