Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indonesia mengalami inflasi tahunan 5,28% (year-on-year/yoy) pada Januari 2023.
Meski menurun dibanding Desember 2022, inflasi awal tahun ini masih jauh lebih tinggi dibanding 2020-2021 seperti terlihat pada grafik.
Angkanya juga masih jauh dari target Bank Indonesia (BI), yang ingin menekan laju inflasi ke kisaran 3±1% pada semester I 2023.
"Harga berbagai komoditas pada Januari 2023 secara umum menunjukkan adanya kenaikan," kata BPS dalam laporannya.
Menurut BPS, komoditas yang memiliki andil besar terhadap inflasi awal tahun ini adalah beras, cabai merah, bawang merah, ikan segar, telur ayam ras, tahu mentah, rokok putih, dan rokok kretek filter.
Laju inflasi juga dipengaruhi kenaikan harga kontrak rumah, tarif air minum PAM, bahan bakar rumah tangga, sewa rumah, sabun detergen bubuk/cair, bensin, mobil, tarif angkutan udara, tarif angkutan dalam kota, uang kuliah akademi/perguruan tinggi, nasi dengan lauk, dan emas perhiasan.
Berikut rincian tingkat kenaikan harga atau laju inflasi tahunan pada Januari 2023 berdasarkan kelompok pengeluarannya, diurutkan dari yang tertinggi sampai terendah:
- Transportasi: 13,91% (yoy)
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya: 6,15% (yoy)
- Makanan, minuman dan tembakau: 5,82% (yoy)
- Penyediaan makanan dan minuman/restoran: 4,46% (yoy)
- Perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga: 4,28% (yoy)
- Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga: 3,62% (yoy)
- Kesehatan: 3,04% (yoy)
- Rekreasi, olahraga, dan budaya: 2,87% (yoy)
- Pendidikan: 2,80% (yoy)
- Pakaian dan alas kaki: 1,07% (yoy)
Hanya ada satu kelompok pengeluaran yang harganya turun atau mengalami deflasi tahunan pada Januari 2023, yakni informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan deflasi 0,22% (yoy).
(Baca: Banyak Warga RI Merasa Biaya Hidup Bakal Naik pada 2023)