116 Titik Panas Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Kamis, 25 Desember 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 116 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 19 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Kamis (25/12/2025) pukul 11.36 WIB. Dari 116 titik panas terdeteksi, 114 titik skala sedang dan 2 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: 55 Bencana Terjadi pada Tengah September 2023, Karhutla Mendominasi)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Timur sebanyak 17 titik. Sulawesi Tengah menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 16 titik. Bengkulu berada di posisi ketiga sebanyak 11 titik panas.
Sebanyak 9 titik panas terdeteksi di Jambi, Riau menyusul dengan 8 titik panas, serta Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat masing-masing memiliki 7 dan 6 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: NTT Selalu Dilanda Karhutla 10 Tahun Terakhir, BMKG Imbau Tingkatkan Kesiagaan)