Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 452 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 43 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Selasa (3/9/2024) pukul 16.47 WIB. Dari 452 titik panas terdeteksi, 17 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 432 titik skala sedang, dan 3 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Inilah 10 Letusan Gunung Berapi Paling Dahsyat dan Mematikan Sepanjang Sejarah)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Jawa Timur sebanyak 92 titik. Sumatera Selatan menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 82 titik. Jambi berada di posisi ketiga sebanyak 47 titik panas.
Sebanyak 34 titik panas terdeteksi di Jawa Tengah, Jawa Barat menyusul dengan 27 titik panas, serta Sulawesi Tengah dan Riau masing-masing memiliki 26 dan 26 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Indonesia Punya Gunung Berapi Aktif Terbanyak di Dunia)