Hari Raya Lebaran merupakan hari kemenangan bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Kendati demikian, ada sejumlah hal yang tidak disukai warga Muslim Indonesia dari momen tersebut.
Menurut survei Litbang Kompas, mayoritas atau 29,8% responden Muslim Indonesia tidak menyukai kenaikan harga kebutuhan pokok saat Lebaran.
"Fenomena melonjaknya berbagai barang komoditas pokok tampak telah menjadi sisi negatif Lebaran yang tertanam kuat di benak publik," tulis Peneliti Litbang Kompas dalam laporannya, Jumat (12/4/2024).
Kemudian 24,4% responden tidak suka kemacetan jalan raya, 7,3% tak suka dengan tingginya pengeluaran, dan 5,8% responden tak suka ditanyai hal-hal pribadi atau pencapaian personal saat Lebaran, seperti pekerjaan, pernikahan, dan sebagainya.
Lalu 5,2% responden tidak menyukai kenaikan harga angkutan umum, 1,9% mengeluhkan tempat wisata yang terlalu ramai hingga berdesak-desakan, dan 0,7% tidak suka dengan keharusan berinteraksi dengan keluarga besar, kerabat, atau tetangga pada momen tersebut.
Di sisi lain, ada 19,3% responden yang tidak memiliki keluhan apapun terkait Lebaran dan 5,7% tidak tahu.
Survei ini melibatkan 839 responden dari 38 provinsi Indonesia yang dipilih secara acak dan proporsional. Namun, Litbang Kompas tidak memerinci berapa banyak responden Muslim.
Pengumpulan data dilakukan pada 25-29 Maret 2024 melalui wawancara telepon. Toleransi kesalahan survei (margin of error) sekitar 3,38% dan tingkat kepercayaan 95%, dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
(Baca: Litbang Kompas: Mayoritas Warga Tidak Sisihkan Dana Khusus untuk Lebaran 2024)