Optimisme masyarakat dunia dalam menyambut tahun baru 2023 tak sekuat tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dalam laporan survei Ipsos yang bertajuk Global Predictions for 2023.
Ipsos melakukan survei terhadap 24.471 orang dewasa yang tersebar di 36 negara. Lokasi surveinya meliputi Amerika Serikat, Kanada, Afrika Selatan, Singapura, Thailand, Malaysia, sampai Indonesia.
Hasil temuannya, pada 2022 hanya 65% responden yang optimistis kondisi tahun depan akan lebih baik dari tahun ini. Turun drastis ketimbang 2021, di mana optimismenya mencapai 77%.
Kemudian hanya 46% responden yang yakin ekonomi global akan membaik pada 2023. Angkanya merosot jauh dibanding 2021, ketika ada 61% responden yang percaya ekonomi bakal membaik setelah tahun baru.
Tingkat optimisme ini juga mencapai titik terendah dalam tujuh tahun belakangan, seperti terlihat pada grafik di atas.
(Baca: Ketidakpastian Global Meningkat pada Akhir 2022)
"Tahun 2022 ditandai dengan Covid-19, konflik internasional, kesulitan ekonomi, serta kondisi darurat iklim, banyak yang setuju bahwa 2022 adalah tahun yang penuh tantangan," kata tim Ipsos dalam siaran persnya, Kamis (15/12/2022).
"Secara rata-rata, lebih dari setengah responden (56%) di 36 negara menggambarkan 2022 sebagai tahun yang buruk bagi mereka dan keluarganya. Ada lebih banyak lagi responden (73%) yang mengatakan kondisi tahun ini buruk bagi negara mereka," kata Ipsos.
Ipsos juga menemukan, di seluruh negara yang disurvei rata-rata 73% responden merasa harga listrik dan gas bakal naik lagi pada 2023.
Banyak juga responden yang yakin harga bahan makanan, pengeluaran rumah tangga, dan bahan bakar kendaraan bakal kian mahal tahun depan.
"Inflasi dipersepsikan sebagai masalah global. Mayoritas responden menilai masalah ini terutama disebabkan situasi ekonomi global (74%) dan invasi Rusia ke Ukraina (70%)," kata Ipsos.
(Baca: Kilas Balik 2022, Habis Pandemi Terbitlah Inflasi)