Kontribusi industri tekstil dan pakaian jadi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2011 industri ini masih mampu menyumbang 1,38% terhadap PDB nasional. Namun, setelah itu kontribusinya berangsur-angsur menyusut, hingga tak sampai 1% pada 2023.
Nilai PDB atas dasar harga berlaku (ADHB) industri tekstil dan pakaian jadi pada 2023 mencapai Rp203,95 triliun, hanya menyumbang 0,98% terhadap PDB ADHB nasional yang nilai totalnya Rp20,89 kuadriliun.
(Baca: Volume Impor Tekstil Indonesia Meningkat Januari-Juli 2024)
Adapun jika diukur atas dasar harga konstan (ADHK) seri 2010, industri tekstil dan pakaian jadi tumbuh negatif 1,98% pada 2023.
Pertumbuhan negatif tersebut merupakan yang kelima kalinya terjadi sejak 2011, seperti terlihat pada grafik.
Jika disorot di level perusahaan, penurunan kinerja industri tekstil ini salah satunya terlihat di PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex).
Selama 2021-2023 penjualan Sritex terus menurun. Dalam periode tersebut mereka juga terus membukukan kerugian dan mengalami defisiensi modal, di mana nilai kewajibannya melampaui aset perusahaan.
Pada Oktober 2024 emiten tekstil dengan kode saham SRIL ini akhirnya dinyatakan pailit karena gagal membayar utang.
(Baca: Dinyatakan Pailit, Sritex Defisiensi Modal sejak 2021)