Tren penggunaan baterai lithium iron phosphate atau lithium ferro-phosphate (LFP) untuk kendaraan listrik kian menguat.
Menurut International Energy Agency (IEA), pada 2021 baterai LFP baru terpasang di sekitar 28% kapasitas kendaraan listrik yang dijual secara global. Namun, pada 2023 pangsa pasarnya naik menjadi 40%.
(Baca: Baterai LFP vs Baterai Nikel, Lebih Bagus Mana?)
"Baterai LFP telah berkembang dari pemain kecil menjadi pemain yang sedang naik daun di industri baterai," kata IEA dalam laporan Global EV Outlook 2024.
"Pada 2023 baterai LFP memasok sekitar 40% dari total permintaan kapasitas kendaraan listrik global, naik dua kali lipat lebih dibanding pangsa pasarnya pada 2020," lanjutnya.
Kenaikan tren baterai LFP ini pun makin menggerus pasar baterai berbasis nikel.
Selama 2021-2023 pangsa basar baterai nikel kadar tinggi (high-nickel) turun dari 61% menjadi 54%.
Dalam periode sama pangsa basar baterai nikel kadar rendah (low-nickel) juga menyusut dari 11% menjadi 6%, seperti terlihat pada grafik.
IEA mengungkapkan, peningkatan penggunaan baterai LFP terjadi secara signifikan di China, pasar mobil listrik terbesar dunia.
"Produksi dan adopsi baterai LFP global utamanya berlokasi di China, di mana dua per tiga penjualan kendaraan listriknya pada 2023 menggunakan baterai jenis ini," kata IEA.
Sementara, pada 2023 pangsa penggunaan baterai LFP di Eropa dan Amerika Serikat masih di bawah 10%, dan baterai berbasis nikel kadar tinggi masih mendominasi.
(Baca: China Jadi Pusat Mobil Listrik Global, Kalahkan AS dan Eropa)