Salatiga, Kota dengan Ketahanan Pangan Tertinggi di Jawa Tengah

Demografi
1
Adi Ahdiat 30/05/2023 15:50 WIB
Indeks Ketahanan Pangan 6 Kota di Provinsi Jawa Tengah (2021)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Kota Salatiga memiliki indeks ketahanan pangan terbaik dibanding sejumlah kota lain di Provinsi Jawa Tengah.

Hal ini terlihat dari laporan Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang bertajuk Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Tahun 2022 (Data Indikator Tahun 2021).

Mengacu pada UU No. 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Bapanas mengukur indeks ketahanan pangan di kota-kota Indonesia berdasarkan delapan indikator utama, yakni:

  1. Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan;
  2. Persentase rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan >65% terhadap total pengeluaran;
  3. Persentase rumah tangga tanpa akses listrik;
  4. Persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih;
  5. Angka harapan hidup pada saat lahir;
  6. Rasio jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap tingkat kepadatan penduduk;
  7. Rata-rata lama sekolah perempuan di atas 15 tahun; dan
  8. Persentase balita dengan tinggi badan di bawah standar (stunting).

Berbagai indikator itu kemudian diolah menjadi skor berskala 0-100. Semakin tinggi skornya, ketahanan pangan suatu kota diasumsikan semakin baik pula.

Dengan metode tersebut, Kota Salatiga meraih skor 87,39 pada 2021, paling baik di antara 6 kota Jawa Tengah yang diriset Bapanas.

Adapun indeks ketahanan pangan Kota Salatiga sedikit lebih tinggi dari Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, yakni Kota Semarang yang meraih skor 87,13.

(Baca: Bekasi, Kota dengan Ketahanan Pangan Tertinggi di Jawa Barat)

Kota Salatiga memperoleh skor indeks sedikit lebih baik dibanding Kota Semarang karena angka stunting yang relatif rendah. Pada 2021 prevalensi stunting di Kota Salatiga 15,2%, sedangkan di Kota Semarang 21,3%.

Menurut World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi, ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari rata-rata seusianya.

Prevalensi stunting yang besar mengindikasikan adanya pemanfaatan pangan yang belum optimal, bisa jadi karena kurangnya akses terhadap pangan bergizi, atau kurangnya pengetahuan masyarakat terkait pola pemenuhan nutrisi seimbang.

Adapun dari 6 kota di Jawa Tengah yang diriset Bapanas, Kota Pekalongan memiliki indeks ketahanan pangan terendah dengan skor 69,66. Skor ini belum optimal, karena besarnya persentase warga Kota Pekalongan yang tak punya akses air bersih, yakni mencapai 29,48% pada 2021.

(Baca: Jaksel, Wilayah dengan Ketahanan Pangan Tertinggi di DKI Jakarta)

Editor : Adi Ahdiat
Data Populer
Lihat Semua