Krisis politik, konflik, serta naiknya harga komoditas energi dan pangan dunia pada 2022 telah mendorong inflasi tinggi di banyak negara.
Berdasarkan data Trading Economis terdapat 10 negara yang mengalami inflasi di atas 50% pada tahun lalu. Beberapa negara yang dilanda perang berkepanjangan bahkan inflasinya melampaui 100%. Artinya, harga barang dan jasa di negara tersebut naik lebih dari 2 kali lipat dalam setahun terakhir.
Zimbabwe tercatat sebagai negara dengan inflasi tertinggi, yakni mencapai 244% (year-on-year/yoy) pada Desember 2022.
Di urutan berikutnya ada Venezuela dengan inflasi 156% (yoy) pada Oktober 2022, Lebanon 142% (yoy) pada Desember 2022, Suriah 139% (yoy) pada Agustus 2022, dan Sudan 103% (yoy) pada Oktober 2022.
Kemudian negara juara Piala Dunia, Argentina, mengalami inflasi 92,4% (yoy) pada November 2022, Turki 64,27% (yoy) pada Desember 2022, Sri Lanka 57,2% (yoy) pada Desember 2022, Iran 52,2% (yoy) pada Agustus 2022, serta Ghana 50,3% (yoy) pada November 2022.
Tak hanya negara-negara berkembang, negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris juga dilanda inflasi tinggi akibat naiknya harga komoditas energi. Pada 2022 kedua negara ini bahkan sempat mengalami inflasi tertinggi dalam beberapa dekade terakhir.
(Baca: Inflasi Indonesia 2022 Capai Rekor Tertinggi dalam Sewindu)