Bank Dunia Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI Stabil sampai 2023

Ekonomi & Makro
1
Adi Ahdiat 29/09/2022 10:50 WIB
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Asia Tenggara (2021-2023)*
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil sampai 2023. Proyeksi ini tertuang dalam laporan East Asia and the Pacific Economic Update edisi Oktober 2022.

Di laporan tersebut, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mampu mencapai 5,1% pada tahun 2022. Kemudian pada tahun 2023 pertumbuhannya diramal masih berada di level sama, seperti terlihat pada grafik.

Tak seperti Indonesia, ekonomi negara-negara tetangga diramal mengalami tren berbeda.

Malaysia misalnya, pertumbuhan PDB-nya diproyeksikan mencapai 6,4% pada 2022, tumbuh pesat dibanding tahun lalu. Namun pada 2023 pertumbuhannya diramal melambat. Tren serupa juga diprediksi terjadi pada Filipina dan Vietnam.

Sedangkan untuk Thailand dan Kamboja tren pertumbuhan ekonominya diproyeksikan naik sampai tahun depan seperti terlihat pada grafik.

"Meski ekonomi Tiongkok melambat pada paruh pertama tahun 2022, sebagian besar negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik pertumbuhan ekonominya diproyeksikan lebih tinggi dan inflasinya lebih rendah ketimbang negara lain di seluruh dunia," jelas Bank Dunia dalam laporannya.

Bank Dunia menilai sebagian besar negara Asia Timur dan Pasifik memiliki pertumbuhan ekonomi relatif kuat karena tiga alasan, yaitu tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi, permintaan ekspor yang masih berlanjut, serta kebijakan pengetatan moneter yang dilakukan masing-masing negara.

Kendati proyeksinya secara umum cukup baik, Bank Dunia tetap mewanti-wanti akan adanya risiko perlambatan ekonomi dari berbagai faktor.

"Negara-negara Asia Timur dan Pasifik menghadapi berbagai masalah, baik yang sifatnya eksternal maupun masalah yang diciptakan sendiri," ungkap Bank Dunia.

Bank Dunia menyatakan perlambatan ekonomi global berpotensi menekan permintaan ekspor komoditas dan manufaktur dari kawasan Asia Timur dan Pasifik.

Kemudian kenaikan suku bunga di luar negeri mendorong arus keluar modal serta depresiasi mata uang domestik, yang semuanya meningkatkan beban pembayaran utang dan berkontribusi terhadap inflasi.

Kebijakan pemerintah untuk melindungi rumah tangga dari peningkatan biaya hidup, misalnya subsidi dalam jumlah besar, juga dinilai berisiko membebani pertumbuhan ekonomi domestik.

(Baca: Bank Dunia: Risiko Resesi Global Meningkat)

Editor : Adi Ahdiat
Data Populer
Lihat Semua