Pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia terus mengalami capital outflow atau keluarnya aliran modal asing selama periode Januari-September 2022.
Menurut data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), pada 3 Januari 2022 kepemilikan asing/non-residen dalam SBN rupiah yang dapat diperdagangkan masih sebesar Rp893,6 triliun.
Namun, sejak penghujung Februari 2022, tepat setelah Rusia memulai invasi ke Ukraina, tren kepemilikan asing di pasar SBN terus menurun seperti terlihat pada grafik.
Sampai 22 September 2022 jumlah kepemilikan asing di pasar SBN tercatat tinggal Rp743,23 triliun, atau sudah berkurang sekitar Rp150 triliun dibanding posisi awal tahun.
Adapun menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, fenomena capital outflow ini bukan hanya dialami Indonesia, melainkan juga terjadi di negara-negara lain sebagai imbas dari situasi geopolitik dan inflasi global.
"Volatilitas pasar keuangan melonjak, capital outflow terjadi di negara berkembang dan negara-negara emerging. Ini menekan nilai tukar rupiah dan juga meningkatkan cost of fund atau lonjakan biaya utang," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita bulan lalu (11/8/2022).
"Kondisi pelemahan di sisi keuangan negara, berbagai negara dengan inflasi yang tinggi, pengetatan suku bunga atau moneter, tentu akan memperlemah kondisi pertumbuhan ekonomi dunia. Kombinasi pelemahan ekonomi dunia dan inflasi yang masih tinggi adalah sebuah kombinasi yang sangat rumit dan berbahaya bagi para policy maker dan bagi perekonomian," ujarnya lagi.
(Baca: Bank Dunia: Risiko Resesi Global Meningkat)