Ancaman kenaikan harga-harga yang telah memicu inflasi tinggi kini sedang melanda Inggris. Di tengah ketidakpastian ekonomi negara tersebut, Perdana Menteri Boris Johnson terpaksa harus mengundurkan diri dari jabatannya.
Berdasarkan data Office for Nasional Statistics (ONS), inflasi Inggris mencapai 9,4% (year on year/yoy) pada Juni 2022. Angka tersebut kembali meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 9,1% (yoy).
Inflasi Inggris telah mencatat kenaikan dalam 9 bulan terakhir sejak Oktober 2021. Level tersebut juga merupakan level tertinggi dalam 33 tahun terakhir sejak dimulainya perhitungan indeks harga konsumen (IHK) seperti terlihat pada grafik.
Inflasi yang mengukur biaya perumahan (CPIH) pun naik menjadi 8,2% (yoy) pada Juni 2022 dari bulan sebelumnya 7,9% (yoy). Dalam rilisnya, ONS mengatakan naiknya harga bahan bakar kendaraan dan makanan menjadi pemicu naiknya inflasi Juni 2022 dibanding bulan sebelumnya.
(Baca: Redam Inflasi, Suku Bunga Bank of England Berpotensi Naik Lagi)
Inflasi transportasi telah mencapai 15,2% (yoy) pada Juni 2022. Ini merupakan level tertingi dalam dua tahun terakhir. Di sektor transportasi, tingginya inflasi Juni disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar sebesar 42,3% dalam setahun terakhir. Ini merupakan level tertinggi sejak dimulainya perhitungan inflasi pada Januari 1989.
“Harga bensin rata-rata mencapai 184 pence per liter pada Juni 2022 dibandingkan dengan 129,7 pence per liter setahun sebelumnya. Ini merupakan harga tertinggi sejak 1990. Demikian pula harga solar juga naik ke level tertinggi menjadi 192,4 pence per liter,” seperti tertulis pada rilis.
Sementara harga makanan dan minuman non-alkohol naik 9,8% (yoy) pada Juni 2022, melonjak dari bulan sebelumnya 8,7% (yoy). Inflasi makanan pada bulan lalu dipicu kenaikan harga susu, keju, dan telur.
(Baca: 10 Negara dengan Inflasi Pangan Tertinggi, Ada yang Tembus 300%)