Konsumsi Rokok Tertinggi Berasal dari Masyarakat Miskin
Layanan konsumen & Kesehatan![1](https://cdn1.katadata.co.id/media/images/2020/08/16/2020_08_16-00_20_39_30ffc698c546aa556c485349a64f00f3.jpg)
![databoks logo](https://cdn1.katadata.co.id/template/databoks_template_v2/images/rightbody.png)
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Atlas Tembakau Indonesia 2020 melaporkan semakin miskin masyarakat maka konsumsi rokok semakin tinggi. Ini terbukti dari konsumsi rokok laki-laki tertinggi berada pada kuintil kalangan terbawah dengan persentase 82%.
Konsumsi rokok tertinggi kedua berasal dari kalangan kuintil menengah bawah sebesar 77,1%. Kemudian disusul kuintil menengah sebesar 73,3% dan menengah atas 70,2%.
Sementara itu, konsumsi terendah berasal dari masyarakat terkaya. Konsumsi rokok masyarakat dari kuintil atas sebanyak 58,4%.
Rokok mempengaruhi tingkat kemiskinan karena bukan bahan makanan pokok, namun tingkat konsumsinya tinggi. Pasalnya, pengeluaran untuk rokok tersebut mengganggu pendapatan real masyarakat. Harga rokok memiliki kontribusi terhadap faktor kemiskinan 11.38% di pedesaan dan 12.22% di perkotaan.
Selain itu, anak-anak dari orang tua perokok (perokok kronis) memiliki pertumbuhan berat badan secara rata-rata lebih rendah 1,5 kg dibandingkan dengan anak-anak dari orang tua bukan perokok. (Baca: Persentase Perokok Usia 15-19 Tahun Turun pada 2021)