Nilai tukar rupiah sempat terpuruk ke level terendahnya sepanjang sejarah Indonesia, sebulan setelah lengsernya Presiden Soeharto 15 Mei 1998. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga ke Rp 16.650/dolar Amerika Serikat (AS) pada 17 Juni, yang berarti mengalami pelemahan lebih dari 200% dari posisi akhir 2017 di level Rp 5.403/dolar AS. Padahal nilai tukar rupiah masih di sekitar Rp 2.000/dolar AS pada 1996.
Demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa yang menuntut Presiden Soeharto mundur, terjadinya kerusuhan dan penjarahan, serta krisis finansial Asia membuat perekonomian Indonesia lumpuh. Akibat penjarahan dan pembakaran harga-harga barang melambung yang berdampak terhadap tingginya inflasi pada 1998 mencapai 70%. Suku bunga bank juga ikut melonjak hingga mencapai 70% membuat perekonomian domestik terpuruk. Hal ini ditandai dengan ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan -13,13% dan merupakan yang terburuk sepanjang sejarah.
Tidak hanya itu, dampak dari kerusuhan dan penjarahan membuat angka pengangguran langsung naik menjadi 5,46% dari sebelumnya 4,96%. Demikian pula angka kemiskinan ikut melambung menjadi 24,2% dari sebelumnya.