Tingginya laju inflasi Amerika Serikat (AS) dampak dari membaiknya perekonomian membuat The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya. Kebijakan ini membuat dolar AS digdaya terhadap mata uang dunia karena para investor memburu aset-aset dalam mata uang dolar dan melepas aset dalam mata uang yang dianggap berisiko. Alhasil, rupiah ikut melemah terkena imbasnya.
Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang periode 29 Des 2017-13 Agustus 2018 nilai mata uang Bolivar (Venezuela) telah menyusut hampir 100% menjadi tinggal VEF 0,000004 terhadap dolar AS, padahal di akhir 2017 masih berada di level VEF 0,100125. Pelamahan ini merupakan yang terdalam dibanding mata uang lainnya. Di urutan kedua Lira (Turki) yang melemah 42,88% terhadap dolar AS diikuti Peso (Argentina) terdepresiasi 36,27% di urutan ketiga. Demikian pula nilai tukar rupiah (Indonesia) melemah 7,15% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini.
Masih positifnya perekonomian AS seiring dilakukannya pemangkasan pajak, kebijakan proteksi barang impor, serta tingginya laju inflasi membuat suku bunga The Fed masih berpeluang untuk kembali naik. Ini yang membuat dolar AS menguat yang berdampak terhadap melemahnya mata uang dunia, termasuk rupiah.