Berdasarkan laporan Momentum Works, nilai transaksi bruto atau gross merchandise value (GMV) e-commerce di Asia Tenggara mencapai US$99,5 miliar pada 2022. Nilai tersebut meningkat 14,23% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar US$87,1 miliar.
Angka GMV mampu meningkat meski pada 2022 negara-negara di Asia Tenggara umumnya mengalami kenaikan laju inflasi, serta kenaikan suku bunga bank sentral.
“Sektor e-commerce Asia Tenggara mengalami hambatan yang kuat pada 2022. Terlepas dari semua ini, pertumbuhan dan persaingan terus berlanjut," kata Momentum Works dalam laporannya.
Jika dirinci berdasarkan negara, pada 2022 Indonesia menjadi penyumbang GMV e-commerce terbesar di Asia Tenggara dengan nilai US$51,9 miliar.
Posisi berikutnya ditempati oleh Thailand dan Filipina dengan GMV berturut-turut US$14,4 miliar dan US$11,5 miliar.
Laporan ini juga menunjukkan, Shopee merupakan perusahaan e-commerce dengan GMV terbesar di Asia Tenggara pada 2022, yakni US$47,9 miliar atau 48,14% dari total GMV e-commerce kawasan.
Shopee juga mencetak angka GMV terbesar di masing-masing negara di Asia Tenggara.
Lazada menempati posisi kedua dengan GMV US$20,1 miliar pada 2022. GMV Lazada menjadi yang terbesar kedua di hampir semua negara Asia Tenggara, kecuali Indonesia.
Selanjutnya ada Tokopedia dan Bukalapak dengan GMV masing-masing US$18,4 miliar dan US$5,3 miliar. Ada juga TikTok Shop dan Blibli yang mencatatkan GMV masing-masing sebesar US$4,4 miliar dan US$2,2 miliar.
Ke depannya, Momentum Works memperkirakan total GMV e-commerce Asia Tenggara bakal mencapai US$175 miliar pada 2028 dalam skenario normal. Dalam skenario terbaik angkanya bisa mencapai US$232 miliar, sedangkan skenario terburuk US$121 miliar.
(Baca: Pertumbuhan Online Food Delivery di ASEAN Melambat pada 2022)