Meski tren transaksi digital terus menguat, harga saham bank digital di Indonesia kompak melemah pada 2022.
Pelemahan paling parah terjadi pada Bank Jago (ARTO). Selama periode 3 Januari-28 Desember 2022 harga saham ARTO anjlok 79,68% (year-to-date/ytd).
Dalam periode sama harga saham Bank Raya (AGRO) ambles 76,56% (ytd) dan Bank Neo Commerce (BBYB) jatuh 74,71% (ytd).
Kejatuhan juga dialami Allo Bank (BBHI), Bank MNC Internasional (BABP), Bank Aladin Syariah (BANK), dan Bank Amar (AMAR) dengan persentase seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Ketidakpastian Global Meningkat pada Akhir 2022)
Menurut analis pasar modal MNC Sekuritas, Tirta Widi Gilang Citradi, kondisi tahun ini sangat berbeda dengan masa awal pandemi ketika saham bank digital sempat melonjak pada 2020-2021.
"Kondisi ekonomi yang tertekan pandemi (2020-2021) membuat saham-saham old economy dihindari. Investor pun berlomba-lomba masuk ke perusahaan terkait teknologi seperti bank digital. Harga sahamnya booming, bahkan di saat bank-bank tersebut belum memiliki produk aplikasinya," kata Tirta, dilansir Katadata, Rabu (28/12/2022).
Namun, menurut Tirta, tahun ini booming saham bank digital berakhir dan kinerjanya turun karena tertekan dampak inflasi.
"Kenaikan inflasi membuat biaya dana semakin mahal. Perusahaan teknologi yang sebelumnya didukung banyak dana murah kini mulai ditinggalkan, dan investor melakukan rebalancing ke sektor-sektor potensial seperti saham energi yang mendapat windfall dari harga komoditas," katanya.
(Baca: Ini Saham Tambang LQ45 Paling Kuat Tahun 2022)