Menurut riset Aliansi Jurnalis Independen (AJI) pada 2024, sebanyak 71,6% perusahaan media di Indonesia pernah mengalami setidaknya satu dari sembilan jenis serangan digital dalam 5 tahun terakhir.
Jenis serangan yang paling sering dialami perusahaan media adalah serangan buzzer/pendengung dengan skor 3,07 poin dari skala 0-4.
“Sementara itu, jenis serangan yang paling jarang dialami adalah ransomware (nilai 3,88) dan intersepsi/penyadapan (nilai 3,87),” jelas AJI dalam laporannya.
Berikut nilai serangan digital terhadap perusahaan media di Indonesia berdasarkan jenis serangan, diurutkan dari yang terendah, menurut riset AJI:
- Serangan buzzer/pendengung terhadap akun media sosial, aplikasi, dan lain-lain: 3,07 poin
- Serangan terhadap situs: 3,09 poin
- Laporan palsu/tidak berdasar terkait akun media sosial: 3,34 poin
- Pengambilalihan/peretasan akun digital: 3,47 poin
- Virus: 3,63 poin
- Spyware: 3,74 poin
- Trojan: 3,76 poin
- Intersepsi/penyadapan: 3,87 poin
- Ransomware: 3,88 poin
- Total: 3,54 poin
"Berdasarkan temuan ini, secara umum perusahaan media berada di antara 'tidak pernah' dan 'sangat jarang' mengalami berbagai serangan digital di atas," kata AJI.
AJI mengolah nilai tersebut dari penilaian 116 responden top management perusahaan media yang mewakili 116 media di seluruh Indonesia.
Dalam penilaiannya, responden diminta menjawab pengalaman mereka terkait sembilan jenis serangan digital dan memilih satu dari lima pilihan: tidak pernah, sangat jarang, kadang, sering, dan selalu untuk tiap jenis serangan digital.
Tiap pilihan jawaban memiliki bobot nilai dengan skala 0-4. Semakin besar nilainya, maka semakin baik nilai keamanan digital perusahaan media.
(Baca: Instagram, Platform dengan Serangan Digital Tertinggi di RI pada Q2 2025)