Praktik peredaran politik uang menjadi hal yang paling dikhawatirkan publik selama perhelatan Pemilu 2024. Ini selaras dengan hasil survei Populi Center terbaru yang dipublikasikan pada Kamis (9/11/2023).
Survei yang dihimpun dalam laporan Starting Point: Posisi Elektorial Jelang Kampanye Pemilu 2024 menunjukkan bahwa isu itu dikhawatirkan oleh 37,2% responden.
Kekhawatiran berikutnya adalah bentrok antar-pendukung calon yang dipilih 19,8% responden. Isu selanjutnya ada berita bohong atau hoaks sebesar 11,9%.
"Artinya politik uang, bentrok antar-pendukung calon, dan berita hoaks ini menjadi isu krusial yang perlu kita cermati dan perlu diantisipasi agar kekhawatiran publik tidak terjadi," kata Peneliti Populi Venter Hartanto Rosojati dalam konferensi persnya secara daring, Kamis (9/11/2023).
Ada pula 6,6% responden yang khawatir atas penyalahgunaan fasilitas pejabat atau pemerintah selama jalannya pemilu.
Disusul oleh responden yang mengkhawatirkan politisasi agama/etnis (5,5%) serta ancaman atau intimidasi untuk memilih calon tertentu (4,2%).
Kemudian kekhawatiran pemilu terkait netralitas ASN/PNS, netralitas TNI/Polri, serta hal lainnya seperti kecurangan dan pemilu dua putaran memiliki proporsi kurang dari 3%.
Sementara, terdapat 4,3% responden yang merasa tidak ada kekhawatiran. Mereka menilai pemilu akan berjalan secara aman dan damai. Lalu 3,8% lainnya tidak tahu atau tidak jawab (TT/TJ).
Survei ini melibatkan 1.200 responden dari seluruh provinsi di Indonesia. Sampel diambil menggunakan metode acak bertingkat atau multistage random sampling.
Pengambilan data dilakukan pada 29 Oktober-5 November 2023 menggunakan metode wawancara tatap muka (face to face) melalui aplikasi Populi Center. Tingkat kesalahan survei (margin of error) sebesar 2,83% dengan tingkat kepercayaan 95%.
(Baca juga: Ini 5 Provinsi Rawan Politik Uang di Pemilu 2024, Maluku Utara Teratas)