Harga komoditas energi fosil yang terus melonjak membuat banyak negara berupaya mencari sumber energi alternatif. Salah satu yang banyak dilirik adalah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Menguatnya tren energi nuklir bakal berdampak pada naiknya permintaan uranium, salah satu bahan bakar utama untuk PLTN. CEO Bannerman Energy Brandon Munro memprediksi permintaan uranium paling besar akan datang dari Tiongkok.
"Tiongkok sedang membangun 10 reaktor nuklir besar per tahun, selama 15 tahun ke depan. Ini akan membuat Tiongkok menjadi pasar tunggal terbesar, mengingat produksi uranium domestiknya yang sangat sedikit," kata Brandon Munro, seperti dilansir Stockhead, Senin (29/8/2022).
Adapun menurut data World Nuclear Association (WNA), tambang uranium dengan kapasitas produksi terbesar berada di Kanada. Tambang Cigar Lake di Kanada tercatat mampu menghasilkan 4.693 ton uranium pada 2021. Angka ini setara dengan 10% pasokan uranium global tahun lalu.
Kendati tambang terbesarnya berada di Kanada, cadangan uranium global paling banyak berada di Australia. Namun, pemerintah Australia membatasi eksploitasi uranium di wilayahnya karena alasan keamanan lingkungan. Sampai tahun ini Australia juga masih menolak menggunakan energi nuklir.
"Reaktor nuklir tidak mungkin dikembangkan di Australia, kecuali terjadi perubahan dramatis mengenai sikap internasional terhadap perubahan iklim dan mitigasi gas rumah kaca," jelas parlemen Australia dalam situs resminya, dikutip Senin (29/8/2022).
(Baca: 10 Negara Penghasil Uranium Terbesar Tahun 2021)