Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan emas terbesar di dunia.
Adapun menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan bijih emas Indonesia paling banyak berada di Pulau Papua.
Dalam laporan Peluang Investasi Emas-Perak Indonesia, Kementerian ESDM menyatakan Pulau Papua memiliki cadangan bijih emas hampir 1,9 miliar ton pada 2020. Jumlah itu setara dengan sekitar 52% dari total cadangan bijih emas nasional.
Selain Papua, wilayah yang cadangan bijih emasnya di atas 500 juta ton adalah Sulawesi dan Nusa Tenggara. Sementara, cadangan emas paling sedikit berada Maluku dengan rincian volume seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Harga Emas Antam Naik 60% dalam 5 Tahun Terakhir)
Emas merupakan salah satu aset investasi yang diminati banyak orang, karena harganya cenderung meningkat dalam jangka panjang.
Hal ini terlihat dari data PT Aneka Tambang (Antam). Dalam lima tahun terakhir, harga emas Antam tercatat tumbuh 60,7%, dari Rp670.000/gram (4 Mei 2018) menjadi Rp1.077.000/gram (4 Mei 2023).
Hal serupa terjadi di skala global. Dalam sedekade terakhir, standar harga emas London tumbuh sekitar 34%, dari USD 1.487/troy ons (April 2013) menjadi USD 1.999/troy ons (April 2023).
Adapun dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi April 2023, Bank Dunia memproyeksikan harga emas secara global akan naik pada tahun ini.
"Harga emas (London) diperkirakan mencapai rata-rata USD 1.900 per troy ons pada 2023, sekitar 6% lebih tinggi dibanding 2022," kata Bank Dunia dalam laporannya.
Menurut Bank Dunia, peningkatan harga emas tahun ini dipengaruhi oleh melemahnya nilai dolar Amerika Serikat, laju inflasi tinggi, serta perang Rusia-Ukraina yang terus berlanjut.
Kondisi itu diasumsikan bakal mendorong investor untuk membeli emas, aset investasi yang dianggap berisiko rendah.
"Dalam jangka panjang, laju inflasi dan tingkat suku bunga akan menjadi faktor kunci yang mempengaruhi harga emas," kata Bank Dunia.
(Baca: Bank Dunia Prediksi Harga Emas Naik pada 2023, Turun pada 2024)