Nikel merupakan salah satu komoditas tambang mineral yang berharga di pasar global.
Mineral ini dapat digunakan untuk memproduksi logam tahan karat atau stainless steel, baterai, serta bahan baku berbagai industri lainnya.
Adapun Indonesia tercatat sebagai negara penghasil nikel nomor satu, sekaligus pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mayoritas cadangan nikel nasional berada di kawasan Indonesia Tengah dan Indonesia Timur.
"Cadangan nikel Indonesia sebagian besar atau 90% tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara," kata Kementerian ESDM dalam laporan Peluang Investasi Nikel Indonesia.
Jika diakumulasikan per pulau, pada 2020 volume potensi cadangan nikel di Pulau Sulawesi mencapai 2,6 miliar ton bijih. Kemudian potensi cadangan di Pulau Maluku 1,4 miliar ton bijih, dan di Pulau Papua 60 juta ton bijih.
(Baca: Stok Bauksit dan Nikel RI Cukup untuk Produksi 100 Tahun Lebih)
Kementerian ESDM menyatakan, pada 2020 volume permintaan nikel global mencapai 2,4 juta ton, dan sekitar dua per tiganya digunakan untuk produksi stainless steel.
Permintaannya lantas diproyeksikan akan terus naik di masa depan, terutama untuk produksi baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
"(Permintaan nikel untuk) EV akan meningkat signifikan selama dua dekade. Permintaan nikel global akan melebihi 4 juta ton pada 2040," kata Kementerian ESDM.
"Pada tahun 2040 (permintaan nikel untuk) stainless steel 1,9 juta ton, meningkat dibanding 1,65 juta ton pada 2019. Permintaan dari sektor baterai akan meningkat dari 163 ribu ton menjadi 1,22 juta ton," lanjutnya.
(Baca: Kalah Gugatan di WTO, Ini Ekspor Nikel Indonesia 5 Tahun Terakhir)