Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$5,09 miliar pada Juni 2022.
Nilai tersebut naik secara bulanan sebesar 75,51% (month-on-month/mom) dibanding surplus Mei 2022 yang berjumlah US$2,90 miliar.
Jika dilihat secara tahunan, nilai surplus Juni 2022 juga naik 285,60% (year-on-year/yoy) dibanding posisi Juni 2021 yang sebesar US$1,32 miliar.
BPS mencatat nilai surplus Juni 2022 diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas yang lebih tinggi, yakni US$7,23 miliar. Namun, nilai itu tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas yang sebesar US$2,14 miliar.
Nilai total ekspor pada bulan Juni 2022 tercatat sebesar US$26,09 miliar atau naik 21,30% (mom) dari bulan sebelumnya. Peningkatan ini didorong meningkatnya ekspor nonmigas 22,71% (mom) menjadi US$24,55 miliar. Sedangkan ekspor migas naik 2,45% (mom) menjadi US$1,53 miliar.
Sementara itu nilai total impor naik 12,87% (mom) menjadi US$21 miliar. Rinciannya, nilai impor nonmigas naik 13,60% (mom) ke US$17,33 miliar, dan nilai impor migas naik 9,52% (mom) menjadi US$3,67 miliar.
Jika dilihat berdasarkan sektornya, neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus sebesar US$7,22 miliar pada Juni 2022. Surplus ini naik 52% (mom) dibanding Mei 2022 yang besarnya US$4,75 miliar.
Begitu pula jika dibandingkan tahun lalu, surplus nonmigas naik 203,36% (yoy) dibanding Juni 2021 yang nilainya US$2,38 miliar.
Sementara itu, neraca perdagangan migas masih mengalami defisit sebesar US$2,14 miliar pada Juni 2022. Defisit ini naik 15,67% (mom) dibanding Mei 2022 yang besarnya US$1,85 miliar.
Defisit migas itu juga naik secara tahunan sebesar 103,80% (yoy) dibanding Juni 2021 yang nilainya US$1,05 miliar.
(Baca Juga: Ada Ancaman Resesi? Ini Kondisi Ekonomi Makro Indonesia)