PT Smartfren Telecom Tbk mencatat kerugian dalam satu dekade terakhir, sejak 2011-2020. Bahkan hingga semester I-2021, perusahaan telekomunikasi yang memiliki kode perdagangan FREN di Bursa Efek Indonesia ini, masih saja membukukan kerugian. Persaingan yang ketat serta biaya yang besar di sektor telekomunikasi membuat FREN terus merugi.
Dalam laporan keuangan emiten yang dipublikasikan, FREN mengalami kerugian sebesar Rp 1,53 triliun pada Desember 2020. Kerugian tersebut menyusut 30,36% dari tahun sebelumnya yang mencatat kerugian Rp 2,19 triliun.
Alhasil, perusahaan telekomunikasi grup usaha Sinarmas ini mencatat kerugian rata-rata sebesar Rp 2,1 triliun dalam 10 tahun terakhir. Sementara, kerugian terbesar terjadi pada 2018 dengan nilai kerugian sebesar Rp 3,55 triliun.
Pada semester I-2021, FREN kembali mencatat kerugian senilai Rp 451,91 miliar. Namun, kerugian tersebut menyusut 63% dibanding Rp 1,22 triliun pada semester I-2020. Menurunnya kerugian FREN ditopang oleh tumbuhnya pendapatan bersih perusahaan sebesar 15,05% menjadi Rp 4,95 triliun pada paruh pertama tahun ini dibanding paruh pertama tahun sebelumnya.
Sementara beban usaha turun 2,71% menjadi Rp 5,03 triliun. Selain itu, beban lain-lain juga menyusut 9,87% menjadi Rp 511,34 miliar pada semester pertama tahun ini dibanding semester pertama tahun sebelumnya.
Membaiknya kinerja keuangan Smartfren direspon positif oleh para investor di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada perdagangan, Senin, 23 Agustus 2021 harga saham FREN ditutup naik Rp 8 per saham 6,54% ke posisi Rp 133 per saham dari penutupan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2020, harga saham FREN telah melonjak 98,51% (year to date/ytd).