PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan entitas anak usahanya membukukan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp266,1 miliar pada 2022.
Angka tersebut naik sekitar 318% dibanding 2021 (year-on-year/yoy), tapi masih jauh lebih rendah dibanding capaian mereka sebelum pandemi, di mana laba bersih BNBR mampu menyentuh Rp852,9 miliar pada 2019.
Kendati demikian, capaian BNBR pada 2022 menunjukkan pemulihan yang cukup signifikan dibanding awal pandemi tahun 2020, seperti terlihat pada grafik.
"Kinerja positif ini merupakan hasil dari sejumlah proyek strategis yang kami jalankan bersama unit-unit usaha kami," kata Presiden Direktur BNBR Anindya Novyan Bakrie dalam siaran persnya (5/3/2023).
"Sektor manufaktur adalah salah satu penyumbang utama, selain sektor otomotif yang di dalamnya termasuk pendapatan dari penjualan bus listrik oleh VKTR," ujar Anindya.
Lini bisnis BNBR memang beragam, mulai dari perdagangan umum, konstruksi, pertanian, pertambangan, sampai manufaktur pipa baja, bahan bangunan dan produk konstruksi lainnya, media dan telekomunikasi, serta investasi di perusahaan lain.
Adapun VKTR, yang disebut-sebut sebagai salah satu pendorong laba BNBR, merupakan perusahaan perdagangan dan manufaktur milik grup Bakrie & Brothers di bidang kendaraan listrik.
VKTR merupakan hasil transformasi dari PT Bakrie Steel Industries, yang awalnya bergerak di bidang distribusi suku cadang kendaraan konvensional serta distribusi komponen alat berat untuk pertambangan, perkebunan kelapa sawit, perusahaan logistik, dan lain-lain.
Naiknya laba BNBR pada 2022 seiring dengan pendapatan neto mereka yang tumbuh 51,5% (yoy) menjadi Rp3,63 triliun.
Namun, liabilitas atau utang BNBR juga bertambah. Total utang jangka pendek BNBR naik dari Rp13,33 triliun pada 2021, menjadi Rp15,33 triliun pada 2022.
Kemudian utang jangka panjangnya naik dari Rp594,95 miliar menjadi Rp601,80 miliar.
Ekuitasnya juga naik dari Rp1,29 triliun menjadi Rp1,53 triliun. sehingga total aset BNBR meningkat dari Rp15,22 triliun menjadi Rp17,46 triliun sampai akhir 2022.
(Baca: Meski Laba Anjlok, Saratoga Masuk Indeks LQ45 pada 2023)