Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) ditutup turun 6,96% ke level Rp258 pada perdagangan Rabu (16/3/2022). Harga tersebut merupakan yang terendah sepanjang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Saham BUKA sempat menyentuh level tertingginya di Rp1.060 di hari kedua melantai di bursa.
Jika dibandingkan dengan harga perdana (Initial Public Offering/IPO) yang sebesar Rp850 per saham, harga saham marketplace Indonesia pertama yang melantai di bursa tersebut telah tergerus 69,65%. Artinya, para investor yang membeli saham dengan kode BUKA tersebut telah rugi hampir 70% dari total investasinya.
(Baca: Bukalapak Bukukan Kenaikan TPV 51% Periode Januari-September 2021)
Kinerja keuangan yang masih merugi menjadi salah satu penyebab terjunnya harga saham BUKA. Seperti tercantum dalam prospektus penawaran perdana, Bukalapak mengalami rugi dalam tiga tahun secara beruntun. Pada 2018, Bukalapak mencatat kerugian Rp2,23 triliun pada 2018, kemudian rugi Rp2,82 triliun pada 2019, dan kembali mengalami kerugian Rp1,3 triliun 2020.
Dalam laporan keuangan kuartal III 2021, Bukalapak masih membukukan kerugian Rp1,13 triliun. Angka tersebut menyusut 19,15% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
(Baca: Naik Tipis, Kunjungan ke Web Bukalapak pada Kuartal III-2021)
Pendapatan BUKA hingga kuartal III 2021 meningkat 42,1% menjadi Rp1,35 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan total beban juga meningkat 9,09 menjadi Rp2,56 triliun hingga akhir September 2021. Alhasil, Bukalapak masih mengalami rugi yang sangat besar.
Jika dibandingkan dengan posisi akhir 2021, aset Bukalapak melonjak 864,65% menjadi Rp25,02 triliun pada akhir September 2021. Rinciannya, ekuitas perseroaan melonjak 1.389% menjadi Rp23,95 triliun sementara kewajibannya hanya meningkat 8,27% menjadi Rp1,07 triliun.